Jumat, 20 Juni 2014

RESENSI

Definisi Resensi

Resensi berasal dari bahasa latin yaitu reveidere atau recensere, yang mengandung arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Tindakan merensensi buku berarti memeberikan penilaian, ungkapan, kembali isi buku, membahas atau menkritik buku.

Resensi dibuat oleh seorang resensator. Resensi dibuat untuk memberi penilaian atas suatu buku, film, atau karya seni yang lain untuk memberitahu orang lain apakah hal yang diresensi tersebut layak atau tidak untuk dibaca, ditonton, atau didengar, dan lain-lain.

Apabila diklasifikasikan, ada tiga bi¬dang garapan resensi, yaitu (a) buku, baik fiksi maupun nonfiksi; (b) pementasan seni, seperti film, sinetron, tari, drama, musik, atau kaset; (c) pameran seni, baik seni lukis maupun seni patung.

Tujuan Resensi

Sebelum meresensi, hendaknya Resensor memahami tujuan resensi. Apa sebenarnya tujuan resensi buku? Yang jelas, kehadiran kolom resensi buku mempunyai tujuan tertentu. Jika dicermati, pemuatan resensi buku sekurang-kurangnya mem¬punyai lima tujuan.
Kelima tujuan itu sebagai berikut.

1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
 

2. Mengajak pembaca memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.

3. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
 

4. Memberikan informasi kepada pembaca tentang (a) siapa pengarangnya? mengapa ia menulis buku itu? (b) apa pernyataannya? (c) bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama? (d)bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang-pengarang lain?

5. Untuk segolongan pembaca resensi yang (a) membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih buku-buku (b) setelah membaca resensi berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi;(c) tidak ada waktu untuk membaca buku kemudian mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.


B. Dasar-Dasar Resensi

Sebelum meresensi, Resensor perlu memahami dasar-dasar resensi. Apa sajakah dasar-dasarnya?
1. Resensor memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku itu. Tujuan pengarang dapat diketahui dari kata pengantar atau bagian pendahuluan buku. Kemudian dicari apakah tujuan itu direalisasikan dalam seluruh bagian buku.

2. Resensor menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat.

3. Resensor memahami betul latar belakang pembaca yang menjadi sasarannya: selera, tingkat pendidikan, dari kalangan macam apa asalnya, dan sebagainya. Atas dasar itu, resensi yang dimuat surat kabar atau majalah tidak sama dengan yang dimuat pada surat kabar atau majalah yang lain.

4. Resensor memahami karakteristik media cetak yang akan memuat resensi. Setiap media cetak ini mempunyai identitas, termasuk dalam visi dan "misi". Dengan demikian, kita akan mengetahui kebijakan dan resensi macam apa yang disukai oleh redaksi. Kesukaan redaksi ini akan tampak pada frekuensi jenis buku yang dimuat.


C. Nilai Buku

Meresensi buku pada hakikatnya melakukan penilaian ter¬hadap buku. Menilai berarti mengulas, mempertimbangkan, mengkritik, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan buku dengan penuh tanggung jawab. Dengan penuh tanggung jawab artinya, mengajukan dasar-dasar atau argumen terhadap pendapatnya, dan kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk membentuk pendapatnya itu, serta data yang meyakinkan (dengan menyajikan kutipan-kutipan yang tepat dan relevan).

Akan tetapi, sasaran penilaian (organisasi, isi, bahasa, dan teknik) itu sering sulit diterapkan secara mekanis. Suatu unsur, sering lebih mendapat tekanan daripada unsur yang lain. Yang penting, tidak menggunakan salah satu unsur untuk menilai keseluruhan buku. Nilai buku akan lebih jelas bila dibandingkan dengan karya¬karya sejenis, baik yang ditulis oleh pengarang itu sendiri maupun yang ditulis oleh pengarang lain.

D. Bahasa Resensi

Bahasa resensi biasanya bernas (singkat-padat), tegas, dan tandas. Pemilihan karakter bahasa yang digunakan disesuaikan dengan karakter media cetak yang akan memuat dan karakter pembaca yang akan menjadi sasarannya. Pemilihan karakter bahasa berkaitan erat dengan masalah penyajian tulisan. Misalnya, tulisan yang runtun kalimatnya, ejaannya benar, tidak berpanjang lebar (bertele-tele), dan tidak terlalu banyak coretan, atau bekas hapusan.

Di samping itu, penyajian tulisan resensi bersifat padat, singkat, mudah ditangkap, menarik, dan enak dibaca. Tulisan yang menarik dan enak dibaca artinya enak dibaca baik oleh redaktur (penanggung jawab rubrik) maupun pembaca. Kita perlu membiasakan diri membaca resensi itu dengan menempatkan diri sebagai redaktur atau pembaca. Jadikanlah diri kita seolah-olah sebagai redaktur atau pembaca. Dengan cara ini, emosi kita sebagai penulis bisa ditanggalkan.

E. Kelebihan Resensi

1. Tidak basi

Bila dibandingkan dengan tulisan lain, seperti berita, artikel, dan karangan khas (features) maka resensi lebih tahan lama. Artinya, andaipun resensi dikembalikan oleh redaksi, resensi itu masih dapat dikiriin ke media lain. Demikian pula buku yang diresensi tidak harus buku yang baru terbit. Kita boleh meresensi buku yang terbit setahun yang lalu, asalkan buku itu belum pernah dimuat di media yang akan dituju. Meskipun demikian, pada umumnya buku yang diresensi, buku-buku yang baru terbit.

2. Menambah wawasan

Informasi dari buku sangat berguna untuk menambah wawasan berpikir dan mengasah daya kritis. Kita juga bisa menilai apakah buku itu bermutu atau tidak.

3. Keuntungan financial

Kalau resensi kita dimuat, kita tidak menerima honor dari redaksi saja, tetapi juga dari penerbit. Ini kalau fotokopi resensi itu dikiriin ke penerbit, minimal buku baru yang dapat kita buatkan resensi (jika penerbit tidak bersedia memberi honor). Biasanya penerbit akan memberi beberapa buah buku baru untuk diresensi, kalau resensi buku kita sering dimuat di media cetak. Jadi, lumayan koleksi buku kita bertambah tanpa harus membeli.

Pola Tulisan Resensi

Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, men¬jabarkan, dan mengulas. Meringkas (sinopsis) berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas. Sebuah buku biasanya menyajikan banyak persoalan. Persoalan-persoalan itu sebaiknya diringkas. Untuk itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang bernas.

Menjabarkan (deskripsi) berarti menjabarkan atau mendeskripsikan hal-hal menonjol dari sinopsis yang sudah dilakukan. Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip. Mengulas berarti menyajikan ulasan sebagai berikut:

1. Isi pernyataan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan
2. organisasi atau kerangka buku; 
3. bahasa; 
4. kesalahan cetak;
5. membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis,
6.menilai, mencakup kesan Resensor terhadap buku,

Urutan pola meringkas, menjabarkan, dan mengulas itu dapat pula dipertukarkan. Kita bisa langsung mengulas, menjabarkan, dan meringkas. Misalnya, kita mulai dari kesan terhadap buku, membandingkan, lalu masuk ke bagian meringkas. Memadatkan persoalan utama atau bagian terpenting dalam uraian yang singkat dan jelas. Kemudian, kita perlu menjabarkan bagian-bagian ter¬penting dari sinopsis. Atau kita mulai dari menjabarkan, meringkas, dan mengulas. Namun, satu hal terpenting, isi pernyataan dalam buku itu dipahami terlebih dahulu.

G. Langkah-Langkah Meresensi Buku

Langkah-langkah meresensi buku sebagai berikut.
 
1. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi.
 
2. Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara tepat dan akurat.
3. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.

4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
 
5. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria-kriteria yang kita tentukan sebelumnya.

H. Unsur-Unsur Resensi

l. Membuat Judul Resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruan isi resensi.

2. Menyusun data buku

Data  buku biasanya disusun sebagai berikut:

• judul buku
• pengarang
• penerbit;
• tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa); 
• tebal buku;
• harga buku (jika diperlukan). 

3. Membuat pembukaan (lead) Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
 

• memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berben¬tuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
• membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
 
• memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
• memaparkan keunikan buku; 
• merumuskan tema buku;
• mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku; 
• memperkenalkan penerbit;
• membuka dialog.

4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku. Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:

• sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
 
• ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya; 
• keunggulan buku;
• kelemahan buku;
• rumusan kerangka buku;
• tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit); 
• adanya kesalahan cetak.


5. Penutup resensi buku

Bagian penutup, biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa karangan ini dibuat,
Judul resensi; Data buku; Pendahuluan; Isi pernyataan;


Contoh Resensi

Kiat-kiat menjadi perempuan yang cerdas

Judul Buku           : Cewek Smart
Pengarang             : Ria Fariana
Penerbit                : Gema Insani
Kota terbit            : Jakarta
Tahun terbit          : 2008
Tebal                     : 200 halaman


            Buku ini dirancang untuk membantu remaja perempuan untuk dapat menyikapi permasalahan yang ada disekitar kita. Buku ini juga membahas bagaimana menjadi seorang perempuan yang cantik, cerdas dan  memiliki kepribadian yang baik sesuai syariat islam.

Perempuan yang cerdas sesuai syariat adalah seseorang yang dengan kecerdasannya akan semakin menambah keimanannya. Perempuan cerdas itu tidak diukur dari seberapa tinggi IP-nya. Tetapi bagaimana ia mampu menyelesaikan seluruh permasalahan dalam kehidupannya dengan satu tolak ukur tertentu yang bertanggung jawab.

Saat ini, banyak orang beranggapan bahwa perempuan  yang istimewa adalah wanita yang cantik di wajah. Padahal sikap dan kecerdasan mereka belum tentu bisa menyeimbangi kecantikan mereka. Mulai dari masalah cowok sampai maslah buruh perempuan akan dibahas di buku ini.

Secara umum, buku ini berisi dasar-dasar menjadi perempuanShalihah. Bagaimana sih menjadi perempuan yang cerdas? Apa perlu perempuan itu ganjen dan centil? Kita nggak perlu pacaran loh.Semuanya bermuara pada sejumlah nasihat sederhana dan praktis yang membantu untuk menyikapi permasalahan.

Buku ini mampu menyadarkan remaja perempuan untuk bersikap sesuai syariat islam. Dengan membaca buku ini, kamu dapat merenungkan mana yang baik dan benar. Di buku ini banyak bertabur kata-kata bijak seperti “Islam mendorong perempuan untuk cerdas agar ia tidak mudah dibodohi oleh siapa pun”.

Serta kata-kata motivasi seperti “Kamu cewek yang tegar, buktikan! Jangan cuma tampilan aja yang tomboy, tapi ketika menghadapi cobaan hidup, eh melempem.”

Keunggulan buku ini dapat menuntun remaja perempuan  ke jalan yang benar sesuai syariat islam. Bahasa buku ini mudah dipahami, segar dibaca oleh remaja perempuan karena bahasanya populer serta gaul. Cover bukunya menarik dengan kartun yang lucu, penuh warna yang menambah nuansa istimewa buku ini.

Dibandingkan dengan buku remaja lain tentang renungan wanita, buku ini mempunyai kelebihan yaitu membukakan mata kita tentang peristiwa yang sering terjadi disekitar kita, memberikan solusi, motivasi, dan praktis serta saling mengkaitkan tentang hukum-hukum syariat islam. Buku ini dilengkapi ilustrasi gambar yang lucu pada setiap bab untuk mendukung isi tulisan. Serta layout tulisan sunggguh enak dibaca dan tidak membosankan.

Kelemahan buku ini sangat sedikit penjualannya dan gambar ilustrasi bewarna hitam putih. Dapat disimpulkan bahwa  jangan bilang kamu cewek cerdas kalau belum baca buku ini! Hanya satu saran yang tepat, segera miliki buku ini karena buku ini menawarkan langkah-langkah menjadi perempuan yang cerdas sesuai syariat Islam.



http://luthfinurazizah.blogspot.com/
http://syahronisymanfh.blogspot.com/
http://anbuniklen.blogspot.com/

Senin, 16 Juni 2014

LAPORAN ILMIAH

Definisi laporan ilmiah

Laporan merupakan suatu wahana penyampaian berita, informasi dan pengetahuan atau gagasan dari seorang kepada orang lain. Laporan yang di sampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Laporan berisi serangkaian hasil pemikiran yang di peroleh dari hasil penelitian pengamatan dan peninjauan. Dengan kata lain laporan ilmiah adalah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang btertentu dalam kesempatan tertentu.


 Jenis Laporan Ilmiah

 1. Laporan Lengkap (monograf )

 Merupakan laporan penelitian yang lengkap, yang berisikan :

 a. Proses penelitian secara menyeluruh

b. Teknik penulisan harus menjelaskan hal-hal yang sebenarnya terjadi.

c. Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya terjadi pada setiap tahap analisis 

d. Menyampaikan kegagaan yang dialami


  2. Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah adalah intisari dari monograf, yang disusun lebih padat dan disesuaikan dengan jumlah halaman yang disediakan dalam jurnal ilmiah.


  3. Laporan Ringkas

Laporan yang disusun atau ditulis kembali berdasarkan artikel ilmiah atau studi-studi yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat dalam bentuk yang mudah dipahami dan dengan bahasa yang tidak terlalu teknis. 

  4. Laporan untuk Administator dan Pembuat Keputusan

Laporan yang memuat tentang hal-hal penting dalam pembuatan keputusan oleh pihak pimpinan. Laporan ini tidak perlu dalam bentuk lengkap, karena pihak administrator dan pembuat kebijakan tidak memerlukan laporan demikian.


 Ciri Laporan Ilmiah

 1. Ditujukan kepada pembaca tertentu

2. Sistematika laporan kadang disesuaikan dengan permintaan pemberi perintah atau pesanan

3. Bahasanya formal, harus disesuaikan dengan standar EYD

4. Memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah sesuai dengan disiplin keilmuannya  

5. objektif

 

Format Laporan

Laporan ilmiah harus berisikan :

 1. Pernyataan tentang masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian

2. Prosedur penelitian yang mencakup desain penelitian, metode penelitian yang dipilih, sampel yang ditarik, teknik pengumpulan data, metode statistik yang digunakan baik pengumpulan maupun analisis data.

3. Hasil penelitian dan temuan-temuan

4. Implikasi yang dapat ditarik dari penelitian tersebut.

Format Laporan juga menggambarkan bagaimana penyajian laporan penelitian secara umum. Format laporan selalu berkembang dan mempunyai format berbeda-beda. Perkembangan ini bertujuan untuk menentukan bagian mana yang harus dilaporkan dan bagaimana cara pelaporannya.


 Ciri-ciri Bahasa dalam Laporan Ilmiah :

 1. Harus tepat makna dan tidak ambigu

2. Harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat dan pengertian

3. Menggunakan tata Bahasa baku dan memperhatikan struktur kalimat



 Syarat Laporan Ilmiah

 a. Komunikatif

Komunikatif disini yaitu uraian dapat dipahami pembaca. Kata dan kalimat hendaknya bersifat denotative, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda pada pembaca. Pemahaman dari penulis dan pembaca hendaknya harus sama.

 b. Bernalar

Tulisan harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan kohorensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara objektif, benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

 c. Ekonomis

Kata dan kalimat dibuat sepadat dan berisi.

 d. Berdasarkan landasan teori yang kuat

Suatu hasil karya ilmiah bukan subjektivitas penulisnya, tetapi harus berlandaskan pada teori-teori tertentu yang dikuasai secara mendalam oleh penulis.

 e. Relevan dan disiplin ilmu

Tulisan ilmiah ditulis oleh seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu. Maka tulisan ilmiahnya harus menunjukan kedalaman wawasan dan kecermatan pikiran berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu.

 f. Memiliki sumber penopang mutakhir

tulisan ilmiah harus mempegunakan landasan teori terbaru, penulis ilmiah harus mencermati teori-teori mutakhir melalui penelusuran internet atau jurnal ilmiah.

 g. Bertanggung jawab

Sumber data, buku acuan, dan kutipan harus secara bertanggungjawab disebutkan dan ditulis dalam karya ilmiah. Teknik penulisan yang tepat serta penggunaan Bahasa yang baik dan benar juga termasuk bentuk tanggung jawab seorang penulis karya ilmiah.


Unsur-unsur laporan ilmiah

Secara umum, sistematika suatu laporan yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

Secara umum, sistematika suatu laporan yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

1. 
Bagian Pembuka

Bagian pembuka umumnya digunakan apabila laporan merupakan tulisan yang berdiri sendiri secara utuh. Untuk laporan penelitian dalam jurnal atau bagian dari sebuah buku, tidak seluruh unsur dalam bagian pembuka tersebut digunakan. Bagian pembuka ini terdiri atas :
a. Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, dan tahun
b. Halaman pengesahan (jika perlu)
c. Halaman motto/semboyan (jika perlu)
d. Halaman persembahan (jika perlu)
e. Prakata;
f. Daftar isi;
g. Daftar tabel (jika ada)
h. Daftar grafik (jika ada)
i. Daftar gambar (jika ada)
j. Abstak : uraian singkat tentang isi laporan

2. Bagian Isi
Bagian isi merupakan menyajikan atau mengomunikasikan informasi ilmiah yang ingin disampaikan. Pada bagian isi inilah seluruh komponen pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran disajikan secara lengkap. Bagian isi terdiri dari :

a. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan tulisan yang disusun untuk memberikan orientasi kepada pembaca mengenai isi laporan penelitian yang akan dipaparkan, sekaligus perspektif yang diperlukan oleh pembaca untuk dapat memahami informasi yang akan disampaikan Pendahuluan terdiri atas :
(1) Latar belakang
(2) Identitas masalah
(3) Pembatasan masalah
(4) Rumusan masalah
(5) Tujuan dan manfaat

b. Bab II :
Kajian Pustaka
Kajian pustaka mengungkapkan teori-teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau serupa. Berdasarkan analisis terhadap pustaka tersebut, peneliti dapat membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian, serta menemukan variabel penelitian yang penting dan hubungan antarvariabel tersebut.

c. Bab III :
Metode
Pada bagian ini biasanya dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta kelemahan penelitian.

d. Bab IV :
Pembahasan
Pembahasan pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Pada bagian ini penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

e. Bab V :
Penutup
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari laporan ilmiah tersebut. Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai penelitian lanjut yang dapat dilakukan

3. Bagian Penutup
a. Daftar Pustaka
b. Daftar Lampiran
c. Indeks daftar istilah


CONTOH LAPORAN ILMIAH

KATA PENGANTAR
           
            Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan rahmatnya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Adapun judul laporan ini adalah “Laporan Penelitian Tentang Dampak Kenaikan Harga Bumbu Dapur bagi Masyarakat Jakarta Menjelang Ramadhan”. Laporan ini disusun berdasarkan data dan informasi yang bersumber dari beberapa referensi.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan baik dari segi penyusunan maupun pengetikan laporan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif maupun membangun agar karya tulis ini dapat serta layak untuk dibaca oleh semua pihak.

Semoga bantuan dan amal baik dari semua pihak mendapat ridho dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya, semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan manfaat serta menjadi wacana baru bagi pembaca pada umumnya dan pihak yang membutuhkan. Amin.

Jakarta, 16 Juni 2014

Penulis            
DAFTAR ISI
1.      Kata Pengantar.............................................................................................      1
2.      Daftar Isi......................................................................................................      2
3.      Dampak Kenaikan Bumbu Dapur bagi Masyarakat Jakarta Menjelang
         Ramadhan ………………….........................................................................     3
4.      Kesimpulan dan Saran.....................................................................................   5



Harga bumbu sebenarnya sudah mulai begejolak sekitar 3 bulan lalu saat harga cabai mencapai Rp. 100.000,- sehingga masyarakat terutama para pedagang mengalami kerugian yang cukup besar. Menjelang ramadhan harga naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan pada sektor pertanian. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satu yang paling mendasar jika sector pendistribusian bumbu dapur di monopoli oleh renternir. Kedua adalah naiknya permintaan yang cukup drastis menjelang ramadhan dan hari raya.

Keresahan yang terjadi di masyarakat pun tidak berlangsung lama, karena masyarakat sudak mengalami kenaikan sekitar tiga bulan yang lalu. Terpenting bagi pemerintah adalah memikirkan dampak kenaikkan harga bumbu dapur tersebut. Efek yang terbesar dialami oleh sejumlah pedagang kecil dan masyarakat menengah ke bawah karena bubmbu dapur benar-benar kebutuhan sehari-hari yang lazim di penuhi. Anggaran dari pemerintah untuk di lokasikan kepada petani kurang tersalurkan dengan baik.

Sudah sepatutnya kenaikkan harga bubmbu dapur diiringi kebijakan pemerintah yang langsung dirasakan manfaatnya bagi rakyat. Misalnya pemerintah memperbaharui upah minimum regional (UMR) bagi buruh di seluruh Indonesia. Tidak hanya pegawai negeri sipil (PNS) saja yang ditingkatkan gajinya. Sehingga kenaikan harga bumbu dapur tidak akan berdampak secara global dalam kehidupan masyarakat, terutama kaum miskin. Pada akhirnya anak bangsalah yang terkena dampak kenaikkan harga bumbu dapur , karena keluarga pasti semakin merasa sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari.


KESIMPULAN
Berdasarkan laporan yang telah dipaparkan, penulis menarik kesimpulan secara garis besar terkait kenaikan bumbu dapur saat ini, bahwa:
1.      Kenaikan harga bumbu dapur perlu diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang langsung
         dirasakan manfaatnya bagi rakyat.
2.      Pemerintah menaikkan harga BBM akibat harga minyak yang terus melambung terus.
3.      Kita harus mengoptimalkan aliran bantuan ke pedesaan sehingga harga dapat stabil.

SARAN
Hasil laporan ini memaparkan tentang kenaikan harga bumbu dapur menjelang ramadhan pada saat ini khususnya di Jakarta yang tentunya laporan ini masih banyak ditemukan kekurangan sehingga sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap ada penulis-penulis selanjutnya yang akan menyempurnakan makalah ini pada masa yang akan datang.

 

  SUMBER

 

http://prawira.blogspot.com/2013/01/laporan-ilmiah.html

http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010/04/laporan-ilmiah.html

http://ilmucerdas.wordpress.com/profil/cara-penulisan-laporan-ilmiah/

http://dahlanforum.wordpress.com/2009/08/menyusun-laporan-ilmiah




Mengenai Saya

Foto saya
Menempuh jalan menuju Allah

Pengikut