1.3
TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui pengertian organisasi
sosial .
Untuk mengetahui unsur - unsur
organisasi sosial sebagai suatu asosiasi
Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi
sosial sebagai suatu asosiasi
Untuk mengetahui tipe-tipe organisasi
sosial
Untuk mengetahui organisasi sosial
masyarakat
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN ORGANISASI SOSIAL
Secara garis besar pengertian organisasi
sosial dikelompokkan ke dalam 2 pendekatan disiplin ilmu, antara lain:
Pendekatan Antropologi Sosial,
diantaranya dikemukakan oleh:
1.
WHR Rivers (dalam Harsojo, 1977: 243) mengemukakan bahwa organisasi
sosial adalah suatu proses yang menyebabkan individu disosialisasikan dalam
kelompok. Ruang lingkup penyelidikan tentang organisasi sosial meliputi
struktur dan fungsi dari suatu kelompok sosial.
2.
Raymond Firth (dalam Harsojo, 244) dalam bukunya Element of Social
Organization menyatakan bahwa yang dimaksud organisasi adalah suatu proses
sosial dan pengaturan aksi berturut-turut menyesuaikan diri dengan tujuan yang
dipilih. Organisasi sosial adalah penyusunan dari hubungan/interaksi sosial
yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan penetapan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka
studi tentang organisasi sosial dalam antropologi sosial secara garis besar
meliputi:
a.
Penyelidikan organisasi sosial dengan menggunakan metode biografi, yaitu
penyelidikan yang meneliti kejadian- kejadian khusus yang berhubungan dengan
krisis-krisis kehidupan (rites of passage). Dalam pendekatan ini umur dalam
arti bahwa jangka waktu hidup manusia itu mengikuti siklus biologi tertentu
merupakan faktor yang menjadi landasan penyusunan organisasi sosial.
b.
Penyelidikan organisasi sosial dengan menggunakan pendekatan yang
berpusat pada hubungan antar individu dengan memakai metode genealogis. Dengan
mempelajari hubungan antar individu yang khusus disebabkan kekerabatan, yang
kemudian dapat dikembangkan pada studi tentang pola-pola social yang lebih
besar. Dalam studi mengenai organisasi sosial seperti ini dapat diteliti
tentang konsep perkawinan, keluarga dan sistem kekerabatan.
c.
Penyelidikan organisasi sosial dengan menggunakan pendekatan yang
perpusat pada lembaga-lembaga, sejauh manakah lapisan-lapisan sosial seperti
kelas, kasta, rank dan bagaimana kepemimpinan dalam suatu masyarakat.
B.
Pendekatan Sosiologi, diantaranya dikemukakan oleh:
1.
Alvin L. Bertrand (1980: 25) mengemukakan pengertian organisasi sosial
dalam arti luas adalah tingkah laku manusia yang berpola kompleks serta luas
ruang lingkupnya di dalam setiap masyarakat. Organisasi sosial dalam arti
khusus adalah tingkah laku dari para pelaku dalam sub-sub unit masyarakat
misalnya keluarga, bisnis dan sekolah.
Robin Williams (dalam Bertrand: 26)
mengemukakan bahwa organisasi sosial menunjuk pada tindakan manusia yang saling
memperhitungkan dalam arti saling ketergantungan. Ia selanjutnya menjelaskan
bahwa pada saat individu melakukan interaksi berlangsung terus dalam jangka
waktu tertentu, maka akan timbul pola-pola tingkah laku.
JBAF Maijor Polak (1985: 254)
mengemukakan bahwa organisasi sosial dalam arti sebagai sebuah asosiasi adalah
sekelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu, kepentingan tertentu,
menyelenggarakan kegemaran tertentu atau minat-minat tertentu.
Soerjono Soekanto (1988: 107-108)
mengemukakan organisasi sosial adalah kesatuan-kesatuan hidup atas dasar
kepentingan yang sama dengan organisasi yang tetap sebagai sebuah asosiasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa organisasi sosial berdasarkan pendekatan sosiologi
adalah organisasi social sebagai sebuah asosiasi, yaitu sekelompok manusia yang
mempunyai tujuan, kepentingan, kegemaran, minat yang sama dan membentuk sebuah
organisasi yang tetap.
Semua manusia pada awalnya merupakan
anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga . Walaupun anggota-anggota
keluarga tadi selalu menyebar, pada waktu- waktu tertentu mereka pasti akan
berkumpul. Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompoknyang
statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan- perubahan, baik
dalam aktivitas maupun bentuknya.
Suatu aspek yang menarik dari kelompok
sosial tersebut adalah bagaimana caranya mengendalikan anggota-anggotanya. Para
sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur
tindakan-tindakan anggota-anggotanya agar tercapai tata tertib didalam
kelompok. Hal ini yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut merupakan
tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami
disorganisasi, memegan peranan, dan selanjutnya.
Manusia mempunyai naluri untuk
senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan
tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan
tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan.
Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai- nilai manusia, yang kemudian
sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya. Pola berpikir tertentu
yang dianut seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut merupakan
kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat terhadap manusia, benda atau
keadaan. Seseorang yang pola berpikirnya materialistik, misalnya mempunyai
sikap tertentu terhadap pekerjaan tertentu. Maka dia akan memperhatikan
pekerjaan yang menghasilkan materi yang banyak dan kurang memperhatikan
kepuasan batiniah dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Sikap tersebut lazimnya
membentuk perilaku tertentu, yang kemudian menjadikan pola perilaku
berkesinambungan. Sikap materialistik, umpamanya, akan membentuk perilaku yang
cenderung materialistik pula. Kalau pola perilaku tertentu sudah melembaga dan
membudaya, gejala itu menjadi patokan perilaku yang pantas. Patokan perilaku
yang pantas tersebut biasanya disebut norma atau kaidah. Perangkat
kaidah-kaidah tertentu yang terdiri kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan
dan hukum, kemudian menjadi patokan dalam interaksi sosial.
(Lanjut Bagian Ke-3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar